Islamic Book Fair (IBF) merupakan pameran buku-buku agama Islam tahunan yang diadakan sejak 2002. Penyelenggaranya adalah Kelompok Program Kerja (Pokja) buku agama Islam Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) DKI Jakarta.
IBF diklaim sebagai pameran buku terbesar di Indonesia, karena jumlah peserta dan pengunjungnya yang terus meningkat setiap tahunnya. Jumlah pengunjung IBF melebihi Pesta Buku Jakarta yang diadakan oleh IKAPI DKI Jakarta maupun Indonesia Book Fair yang diadakan oleh IKAPI Pusat.
Tak hanya itu saja, IBF uga merupakan pameran terlama dibandingkan pameran-pameran buku lainnya. Tahun ini, pameran berlangsung selama sembilan hari mulai 1-9 Maret 2008 di Istora Senayan Jakarta.
Tahun ini ada 200 stand yang akan mengisi pameran, meningkat dari tahun lalu yang hanya sekitar 140 stand. Bahkan, peserta pemeran tak hanya berasal dari dalam negeri. Para peserta dari luar negeri seperti Brunei, Malaysia dan Cairo (Mesir) juga turut andil pada pameran yang telah memasuki tahun ketujuh ini. Alhasil, panitia mengoptimalkan ruangan yang akan digunakan di Istora Senayan dengan mengoperasikan seluruh ruangan baik di lantai bawah maupun atas untuk menempatkan stand para peserta.
Di sini kita dapat menemukan berbagai macam buku agama, mulai dari jenis referensi seperti Hadist, Tafsir, Alquran hingga buku-buku agama terbaru yang belum keluar di toko buku. Beberapa penerbit berencana untuk meluncurkan buku terbarunya, seperti penerbit Pena yang rencananya akan memperkenalkan empat buku terbarunya di ajang pameran tersebut.
''Semua jenis buku agama dari berbagai aliran juga ada di sini. Tak hanya itu, buku-buku untuk orang dewasa hingga anak-anak dapat ditemui di pameran ini. Jadi ini merupakan pameran terlama dan terlengkap yang pernah ada,'' ungkap Ketua Panitia IBF 2008, Anis Baswedan.
Selain pameran buku, banyak acara menarik yang dapat dinikmati di sini. Mulai dari bedah buku, talk show, temu artis dan penulis buku hingga lomba nasyid.
Wakil Ketua III IKAPI DKI Jakarta, Iwan Setiawan menambahkan, kekuatan IBF ada pada acaranya yang merakyat sehingga mendapat sambutan yang meriah dari berbagai kalangan. Selain itu memiliki acara menarik, baik bedah buku, dialog maupun talk show yang menghadirkan kyai tradisional hingga berskala internasional. Inilah yang menjadi magnet pengujung yang datang dari seluruh peloksok Tanah Air.
Sementara itu, Ketua IKAPI DKI Jakarta, Afrizal Sinaro mengatakan IBF merupakan wujud kontribusi IKAPI untuk masyarakat, dengan menghadirkan buku-buku agama berkualitas sebagai bahan bacaan dan referensi kepada masyarakat. Pameran ini memiliki banyak keunikan. Salah satunya adalah kenyataan bahwa penyelenggara pameran juga merupakan peserta pameran. Sebab, anggota IKAPI merupakan para penerbit buku agama Islam yang turut serta mengisi stand yang ada di pameran. IBF tidak menggunakan jasa EO (event organizer) untuk mengurus semua keperluan pameran.
Dengan tidak adanya EO, penyelenggara lebih memperhatikan dan bertanggung jawab terhadap kepentingan peserta. ''Kita bukan EO yang mencari keuntungan semata, kita penyelenggara pameran dan juga peserta. Tujuan kita bagaimana pameran ini bagus, sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan kawan-kawan penerbit,'' tegas Afrizal Sinaro.
Hal itu berbeda dengan EO. ''Bagi mereka, begitu stand terjual, urusan selesai. Mau ada pengunjung atau tidak , bukan masalah mereka. Tapi bagi kami tidak. Hari pertama hingga ketiga, kami evaluasi. Jika pengunjungnya sedikit, maka kami harus berfikir cepat apa yang harus dilakukan di hari keempat dan seterusnya,'' papar Afrizal.
Tak seperti pameran di negara-negara lain, IBF diselenggarakan secara mandiri tanpa ada support dari pemerintah. Padahal, kata Afrizal, di negara lain pemerintah turut mendukung terselenggaranya pameran-pameran buku. Direktur Utama Penerbit Al Mawardi Prima ini memberi contoh beberapa negara yang mendapat sokongan dari pemerintah, seperti Malaysia, Mesir dan Jerman. ''Jadi, IBF ini benar-benar kontribusi kami (IKAPI) untuk masyarakat. Bagaimana menghadirkan buku-buku agama Islam berkualitas kepada masyarakat,'' papar Afrizal.
Padahal, IBF tak hanya dikenal di dalam negeri. Gaungnya juga sudah membahana ke negara tetangga bahkan hingga Timur Tengah. Hal ini terlihat dari banyaknya animo penerbit asing yang ingin turut serta dalam pameran tersebut.
Sayangnya, IBF masih mengalami kendala untuk dapat mengakomodir para penerbit asing tersebut. Hal ini sangat disayangkan karena ini merupakan kesempatan yang bagus untuk meningkatkan citra Indonesia di mata dunia. ''Kami terbentur masalah kepabeanan, bagaimana memasukkan buku-buku peberbit itu ke Indonesia. Kami sendiri sudah pernah melayangkan surat ke Ditjen Bea & Cukai namun belum ada tanggapan hingga kini,'' ujar Sekretaris IKAPI DKI Jakarta, Tatang T. Sundesyah.
Sumber : www.smsplus.blogspot.com
Jumat, 07 Maret 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar